Demi Rasa

Dengan nama Yang Maha Karim.

Terasa sukar untuk mulakan frasa pertama. Bagai jenuh berteleku memandang kosong, mencari ilham tulis cerita. Apa sebenarnya yang aku rasa, adalah apa yang aku terpaksa rasa. Kompleks. Kosong. Mati tak bernyawa. Hanya membiar fikiran menerawang jauh mencari dusta, yang mungkin bisa buat jiwa aku agar kembali bernafas lega.

Andai aku punya tunas rasa, maka kamu harus punya turas cerita. Hikayatkan apa yang perlu aku tahu, agar aku tidak tertanya. Paksikan aku pada dunia metafora yang kamu cipta, tanam aku dalam-dalam, biar aku berdiam menelan hadam butir bahasa. Teruskan berkata dengan lafaz kata yang kamu suka, bukan lagi isyarat bisu sebagai medium bual bicara.

Jika apa yang aku pinta nilainya lebih besar dari dunia, maka aku pinta kamu. Agar kamu kelak bisa jadi besar sebesar dunia. Namun jika tulisan takdir berlawanan dari apa yang kita sangka, maka aku harapkan takdir kamu adalah terindah dari Yang Maha Kuasa.

Aku tak ingin memaksa, kamu boleh lari sejauh mana yang kamu suka.